Jumat, 30 Juli 2010

Kebebasan Baru...

Hari ini adalah hari adalah hari dimana penulis kehilangan akses 24 jam penuh terhadap internet. Suatu perasaan yang aneh pada awalnya kehilangan sebuah wahana super ability yang hadir di dunia penulis. Dengan berkurangnya akses yang lebih luas ini, entah kenapa penulis merasa ada sebuah perasaan terbebaskan dari sebuah kekang yang selama ini mendoktrinisasi penulis akan hadirnya teknologi. Memang, teknologi tidak akan pernah kita singkirkan dalam kehidupan ini, karena teknologi adalah alat agar manusia bisa menjalankan segala sesuatunya di dalam kehidupan ini.

Namun, penulis mungkin berkeinginan mengkritik kehidupan yang penulis sendiri alami. Bahwa penulis telah kehilangan sebuah sisi penting di dalam kehidupan ini, dan sisi ini disebut dengan kemanusiaan. Jam 23:23 adalah jam dimana penulis memulai tulisan ini, berada seorang diri, mendengarkan simphoni gitar yang dialunkan Sung Ha Jung, dan dimana penulis merasa bahwa penulis akhirnya menjadi diri sendiri. Lepas dari keterikatan dunia maya yang terkadang mengharuskan penulis menjadi sosok yang sempurna dan baik-baik saja, atau sosok yang ingin dikasihani, atau bahkan menjadi sosok yang lain. Sekarang adalah dimana penulis hanya berada seorang diri ditemani Tuhan yang selalu hadir di dalam perasaan dan hati ini. Fell so good

Kesendirian ini juga entah kenapa memudahkan jari-jemari tangan ini untuk berbicara apa adanya tampa takut terkekang oleh manusia manapun. Kalau sedikit kita menelisik dunia Abraham Maslow, setiap individu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang tersusun secara hirarki dari tingkat yang paling mendasar sampai pada tingkat yang paling tinggi. Setiap kali kebutuhan pada tingkatan paling bawah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi. Pada tingkatan paling bawah, dicantumkan berbagai kebutuhan fisiologis (physiological needs). Kemudian pada tingkatan lebih tinggi dicantumkan kebutuhan akan rasa aman dan kepastian (safety and security needs). Lalu pada tingkatan berikutnya adalah berbagai kebutuhan akan cinta dan hubungan antar manusia (love and belonging needs). Kemudian kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan (esteem needs). Dan pada tingkatan yang paling tinggi dicantumkan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri (self actualization needs). Namun, apakah penulis merasakan apa yang dimaksud oleh Maslow sebagai aktualisasi diri? Penulis rasa tidak juga…

Ini adalah rasa dimana penulis berada pada dimensi kebebasan, kebebasan untuk menjadi manusia, kebebasan untuk tidak terkekang oleh short message servis, kebebasan dari wall message atau personal message, kebebasan dari rutinitas download berbagai fitur, kebebasan untuk menjadi diri sendiri yang penulis rasa sudah banyak dilupakan kita semua sebagai manusia. Kalian boleh saja menyebutnya sebagai uthopia gila… tapi penulis akan menamakannya sebagai “jiwa yang bebas”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar