Rabu, 03 April 2013

Relefansi Simbol dan Dialektika Logis Dari Pernyataan


Hey lama tidak bersua..

(walau penulis tidak yakin para pecinta atau penikmat kopi masih mengingat celotehan kita di waktu lalu) Di malam ini, penulis ingin kembali berbagi dialektika konyol mengenai pemahaman penulis terhadap share emotion.. Baik.. Aduk kopi anda, nikmati dulu harumnya kopi tersebut, dan mari kita seruput bersama anomalitas pikiran penulis.. Apa yang bisa kita pahami mengenai emosi? Diungkap Prezz (1999), emosi adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Sifat dan intensitas emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi. Sehingga emosi adalah hasil reaksi kognitif terhadap situasi spesifik.

Pernyataan di atas menarik kembali sebuah pertanyaan, apa yang membuat persepsi kita memicu kondisi emosional tertentu? Jika penikmat kopi sekalian sadar, setiap elemen simbol dalam hidup memicu terjadinya persepsi emosionil yang merubah cara kerja kognitif pikiran kita ke dalam suatu kondisi yang tidak terbatas. Hal ini dipengaruhi atas pemahaman kognitif itu sendiri terhadap masa lalu, kondisi saat ini, dan harapan mendatang. Lalu bagaimana ketika kita salah memaknai simbol? Pertanyaan ini menarik, tidak terbatasnya pola emosi dalam memahami simbol-simbol kehidupan yang abstrak - dapat menyebabkan anomali fungsi dalam pengendalian emosi. Bayangkan ketika penikmat kopi sekalian salah memahami ekspresi, tulisan, ungkapan, atau simbol-simbol lain di dalam hidup. Kesalahan dalam memahami tersebut mengakibatkan emotional chaos dalam sebuah interaksi. Sedangkan bentuk simbolisasi bisa berarti tidak terbatas, tergantung dari maksud simbol-simbol tersebut dibuat.

Tidak perlu penikmat kopi sekalian menjadi ragu dalam menjalani dunia simbolis ini. Kognitif kita juga memainkan peran atas logika ketika memahami simbol. Semua berbalik dari bagaimana kita memahami dan mengolah simbol-simbol tersebut secara logis dan rasional. Namun.. Para penikmat kopi sekalian juga harus berhati-hati. Kebenaran logis kembali terbagi dua, pertama logis-rasional, dan kedua logis-supra-rasioanal. Logis-supra-rasional ialah pemikiran akal yang kebenarannya hanya mengandalkan argumen, ia tidak diukur dengan hukum alam. Bila argumennya masuk akal maka ia benar, sekalipun melawan hukum alam. Dengan kata lain ukuran kebenaran logis-supra-rasional ialah logika yang ada di dalam susunan argumennya. Kebenaran logis-supra-rasional itu ialah kebenaran yang masuk akal sekalipun melawan pemahaman kognitif dalam memahami simbol. Pada akhirnya, para penikmat kopi dapat membuat beberapa pernyataan sebagai berikut:

  1. Yang logis ialah yang mampu memahami maksud dari simbol.
  2. Yang logis itu mencakup yang rasional dan yang supra-rasional.
  3. Yang rasional ialah memahami simbol dan mengekspresikan emosinya secara tepat.
  4. Yang supra-rasional ialah yang masuk akal sekalipun emosi yang dihadirkan tidak sesuai dengan tujuan simbol.
  5. Istilah logis boleh dipakai dalam pengertian rasional atau dalam pengertian supra-rasional.