Kamis, 30 September 2010

Psikoanalisis dan Feminis

Intervensi Posfeminis ke dalam arena teori media dan film merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan keterlibatan feminisme, baik dalam wacana media maupun wacana film. Para teoritikus dan praktisi feminis telah lama tertarik pada sinema Hollywood Klasik dan sinema Independen. Kemunculan kesarjanan feminis mengenai teori media dan film telah menantang kanon dan cara produksi film tradisional.  

Mulvey mencatat bahwa semiotika dan teori psikoanalisis sangat penting dalam pembebasan konseptual estetika feminis, dengan memperkenalkan konsep yang menyoroti jurang pemisah antara citra dan objek yang mereka klaim untuk mempresentasikan, dengan demikian membangun kecairan dan ketidakstabilan makna di dalam presentasi. Mulvey juga berusaha untuk membangun arti penting psikoanalisis bagi analisis film di dalam teori film secara umum, namun lebih khusus lagi di dalam analisis film feminis. Dia berusaha untuk membuat bagaimana film merefleksikan dan mengkultivasi interpretasi tentang perbedaan seksual yang sudah dinormalisasi dan yang mengontrol representasi serta cara pandang erotis. 

Kemudian Mulvey mengembangkan konsep voyeurisme di seputar persoalan cara sinema distrukturkan. Kaplan menghubungkan konsep voyeurisme dengan insting scopophilis. Menurut Mulvey, scopophilia adalah kenikmatan dalm melihat yang merupakan salah satu dari sejumlah kemungkinan kenikmatan yang ditawarkan oleh sinema. Mulvey menunjukkan bahwa pengalaman sinematik (kontras antara kegelapan dan auditorium dan perpindahan pola cahaya dan bayangan) menyajikan untuk menambah dan mempertinggi ilusi pemisahan voyeuristik. 

Konsep Mulvey yang kedua setelah voyeurisme adalah fetisisme. Fetisisme adalah suatu proses dimana sinema (secara tidak sadar) memfetiskan bentuk perempuan, mempresentasikan ke dalam cara seperti phallus, dengan demikian menghancurkan ancaman yang diajukan oleh perempuan. 

Analisis Mulvey tentang beberapa konsep penting dalam area teori psikoanalisis memprovokasi pertumbuhan yang penting di dalam kesarjanaan feminis dalam area feminisme dan psikoanalisis. Kebanyakan dari teks yang muncul sesudah itu telah menjadi kontribusi klasik pada perdebatan di dalam hak mereka sendiri. Mereka termasuk: E Ann Kaplan (1983) Women and Film, Teresa de Lauretis (1984) Alice doesn’t:Feminism,Semiotic,Cinema,dll. Kebanyakan dari teks ini memunculkan beberapa minat awal di dalam komunitas feminis tentang keterbatasan penggunaan konsep psikoanalisis dari Mulvey dan tentang teori psikoanalisis secara lebih umum. Mulvey tidak secara langsung menunjuk isu kenikmatan perempuan. Mahoney menyatakan bahwa hal ini dikarenakan analisis psikoanalisis terhadap sinema bersifat problematik disebabkan hal tersebut sebagian besar diteorikan dari perspektif maskulinitas dan konstruksinya. Dengan demikian ketika kenikmatan perempuan dalam melihat tidak dapat dibayangkan di dalam kerangka referensi yang digunakan oleh Mulvey, ada argumentasi tersirat dalam artikel yang menurut Van Zoonen menyatakan bahwa di dalam budaya patriakal suatu pembalikan struktur melihat, memfasilitasi secara bersamaan scopophilia dan identifikasi perempuan adalah mustahil. Kaplan mengutarakan bahwa psikoanalisis adalah mekanisme yang berguna untuk mendekonstruksi film Hollywood, dengan demikian menyingkapkan beroperasinya wacana-wacana dan mitos patriarkal, yang diatasnya film Hollywood mendasarkan diri dan yang melaluinya perempuan dikonstruksikan sebagai sang lain. 
        
Kaplan selanjutnya menunjukkan bahwa pada awl 1980an terlihat pergeseran di dalam pengertian subjek laki-laki di dalam film Hollywood tradisional. Lakai-laki menurutnya menjadi obyek tatapan perempuan di dalam film seperti Urban Cowboy dan Saturday Night Fever, dan dia mengidentifikasi aktor seperti Robert Redford di dalam The Electric Horsemen sebagai objek hasrat perempuan. Bagaimanapun, dampak teori psikoanalisis pada berbagai teori feminin dari Freud hingga Irigaray, mengkonstruksi perempuan sebagai kekurangan jarak yang diperlukan bagi veyourisme dan fetisisme. Van Zoonen menunjukkan bagaimana mengambil dari model Lacanian, Doane menyatakan bahwa kapasitas untuk membentuk jarak ini terletak di dalam apresiasi perbedaan seksual yang mengambil tempat di dalam masa kanak-kanak. Sebagaimana kekhususan perempuan dikarakteristikkan oleh kedekatan perempuan kurang berkapasitas untuk membentuk posisi voyeuristik. 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar