Jumat, 18 Maret 2011

Review Film: Battle Royale (Menyingkap Perilaku Psikopatik dalam kajian Psikopatologi)

Review Film: Battle Royale

Mampukah anda membunuh sahabat Anda sendiri? Ini adalah pertanyaan yang muncul dibenak penulis ketika menyaksikan film yang bernuansakan sadistik berjudul “Battle Royale”. Film yang di adaptasi dari novel grafis yang berjudul sama karangan Koushun Takami ini mengisahkan tentang Jepang pada suatu masa, di mana pada masa itu terjadi kekacauan di mana-mana. Banyak anak-anak berbuat kenakalan dan kekacauan, sehingga membuat para orang dewasa menjadi takut pada anak-anak. Karena keadaan inilah, pemerintah Jepang membuat sebuah program bernama “Battle Royale” untuk mengurangi jumlah remaja. Dalam menjalankan program ini, dipilihlah orang-orang yang berada di kelas 3 SMP secara acak dari semua sekolah yang ada di Jepang. Tidak beruntung, pada tahun tersebut kelas yang terpilih adalah kelas 3B SMP Shiroiwa.

kelas 3B SMP Shiroiwa ditipu untuk melakukan perjalanan wisata, sedangkan mereka dibawa ke sebuah pulau yang penghuninya sudah diungsikan ke tempat lain. Disanalah, mereka diberitahukan mengenai program Battle Royale itu oleh seorang guru yang menjadi pengawas program ini, Kitano. Tujuan program battle royale itu sendiri adalah untuk saling membunuh antara satu sama lain sampai tersisa satu orang dengan batas waktu 3 hari. Jika sampai 3 hari tidak tersisa satu orang, maka kalung yang dikenakan mereka akan meledak dan mereka semua akan mati. Setiap murid yang menjalani battle royale dibekali dengan sebuah tas yang masing-masing berisi senjata yang akan mereka gunakan dalam membunuh teman sekelasnya. Ada yang mendapatkan isi tas tersebut pisau, celurit, bahkan ada pula yang mendapat tutup panci). Tokoh utama dalam film ini sendiri adalah Nanahara Shuuya. Dia adalah seorang remaja biasa yang tidak memiliki kepercayaan pada orang dewasa. Hal ini dikarenakan Ayahnya bunuh diri begitu saja dengan meninggalkan pesan: “berusahalah, Shuuya.”

Shuuya yang juga merupakan salah satu dari siswa 3B pada saat program BR ini baru mau dimulai ia harus menerima kenyataan sahabatnya, Nobu, tewas, akibat perbuatan Kitano. Sejak itu, selama program berlangsung, Shuuya bertekad untuk melindungi Nakagawa Noriko, teman sekelasnya yang merupakan teman sekelas yang disukai Nobu. Selain Shuuya, dalam film ini juga kita dapat melihat bagaimana murid-murid lainnya dalam menjalani program tersebut. Ada yang tidak ikut dan memilih untuk bunuh diri saja. Ada yang berusaha untuk mencari jalan keluar namun akhirnya malah tewas. Ada pula satu kumpulan remaja perempuan yang awalnya berniat berlindung bersama-sama namun akhirnya saling membunuh dikarenakan kesalahpahaman, serta drama lainnya. Anak-anak SMP yang awalnya tidak mau saling membunuh ini akhirnya sanggup membunuh demi melindungi nyawanya sendiri. Program ini juga diramaikan oleh dua orang murid baru yang salah satunya ternyata pernah mengikuti program tersebut beberapa tahun yang lalu dan mengetahui rahasia untuk menyelamatkan diri dari program tersebut.

Psikopatik dan Penggolongan Dalam DSM-IV TR

Psikopat, atau dalam ejaan bahasa Inggris ditulis psychopathy (psych, grk.=perasaan; pathos, grk.=kehilangan) kehilangan perasaan yang didefinisikan sebagai keadaan psikiatri berupa kurangnya empati atau kepedulian disertai minimnya kontrol impuls dan perilaku.

Meski termasuk dalam istilah psikiatri, anehnya diagnosis psikopat tidak ada dalam ICD-10 atau DSM-IV-TR. Gangguan kepribadian yang paling mendekati ialah gangguan kepribadian antisosial. Orang dengan gangguan kepribadian antisosial (antisocial personality disorder) secara persisten melakukan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain dan sering melanggar hukum. Mereka mengabikan norma dan konvensi sosial, impulsiv, serta gagal dalam membina hubungan interpersonal dan pekerjaan. Meski demikian mereka sering menunujukkan kharisma dalam penampilan luar mereka dan paling tidak memiliki intelegensi diatas rata-rata (Cleckley, 1976).

Ciri yang paling menonjol dari mereka adalah tingkat kecemasan yang rendah ketika berhadapan dengan situasi yang mengancam dan kurangnya rasa bersalah dan menyesal atas kesalahan yang telah mereka lakukan. Hukuman biasanya hanya member sedikit dampak, bila ada, dalam perilaku mereka. Meski orang tua atau orang lain menghukum mereka untuk kesalahan yang mereka lakukan, mereka tetap menjalani kehidupan yang tidak bertanggung jawab dan impulsive. Laki-laki cenderung menerima diagnosis kepribadian antisosial daripada perempuan (Gacono, Meloy, & Bridges, 2000). Tingkat pravelensi untuk dalam sampel komunitas berkisar antara 3% sampai 6% pada laki-laki dan sekitar 1% untuk perempuan. Untuk mendiagnosis perilaku antisosial orang itu paling tidak harus berumur 18 tahun.

Penggunaan istilah psikopat dan sosiopat yang sering kita dengar digunakan untuk menunjukkan tipe orang yang kini termasuk dalam kepribadian antisosial. Sejumlah klinisi terus menggunakan istilah ini bergantian dengan kepribadian antisosial. Akar dari kata psikopat berfokus pada gagasan bahwa ada sesuatu yang tidak benar (patologis) pada fungsi psikologis individu. Sedangkan akar dari kata sosiopati berpusat pada deviasi (penyimpangan) sosial orang tersebut.

Selain itu, diagnosis psikopat kan berdasarkan kriteria yang d oleh Robert D. Hare's PsiChecklist-Revised (PCL-R). Dia menggambarkan seorang psikopat sebagai predator intera spesies yang menggunakan ketampanan, manipulasi, intimidasi, dan kekejaman untuk mengontrol lainnya dan untuk memuaskan kebutuhan egoisnya. Kurang waras dan sangat minim perasaan terhadap lainnya, mereka melakukan apa yang mereka inginkan dan melakukannya dengan darah dingin, melanggar norma sosial dan melebihi harapan tanpa sedikitpun rasa menyesal atau bersalah.

Kita sering cenderung berpikir bahwa perilaku antisosial sinonim dengan perilaku kriminal. Meski ada hubungan kuat antara keduanya, tidak semua kriminalis menunjukkan tanda-tanda psikopati dan tidak semua orang dengan kepribadian psikopati menjadi kriminalis (Lilienfeld, 1996). Para peneliti mulai memandang bahwa kepribadian psikopat terdiri dari dua dimensi yang agak terpisah. Dimensi itu antara lain (Sewell & Cruise, 2004):

Dimensi kepribadian
Dimensi ini terdiri dari trait-trait seperti kharisma yang tampak dari luar saja, seperti mementingkan diri sendiri, kurang empati, keji dan tidak aja penyesalan meski telah memanfaatkan orang lain, serta tidak menghargai perasaan dan kesejahteraan orang lain. Tipe kepribadian psikopati ini dikenakan pada orang lain yang memiliki trait psikopati namun tidak menjadi pelanggar hukum.

Dimensi perilaku
Dimensi ini ditandai dengan gaya hidup yang tidak stabil dan antisosial, termasuk sering berhadapan dengan masalah hokum, riwayat pekerjaan yang minim, dan hubungan yang tidak stabil. Kedua dimensi ini tidak sepenuhnya terpisah; banyak individu psikopati menunujukkan bukti memiliki kedua macam trait itu.

Sedangkan itu, ciri-ciri diagnostik dari gangguan kepribadian antisosial, yaitu:
  • Paling tidak berusia 18 tahun
  • Ada bukti gangguan perilaku sebelum usia 15 tahun, ditunjukkan dengan perilaku seperti membolos, kabur, memulai perkelahian fisik, menggunakan senjata, memaksa seseorang untuk melakukan aktivitas seksual, kekejaman fisik pada orang maupun binatang, merusak atau membakar bangunan secara sengaja, berbohong, mencuri, atau merampok.
  • Sejak usia 15 tahun menunjukkan kepribadian yang kurang kepedulian yang kurang dan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain, yang ditunjukkan oleh perilaku sebagai berikut: kurang patuh terhadap norma sosial dan pereturan hukum, ditunjukkan dengan perilaku melanggar hukum yang dapat maupun tidak dapat mengakibatkan penahanan, seperti merusak bangunan, terlibat dalam pekerjaan yang bertentangan dengan hokum, mencuri, atau menganiaya orang lain.
  • Agresif dan sangat mudah tersinggung saat berhubungan dengan orang lain, ditunjukkan dengan terlibat dalam perkelahian fisik dan menyerang orang lain secara berulang, mungkin penganiayaan terhadap pasangan atau anak-anak.
  • Secara konsisten tidak bertanggung jawab, ditunjukkan dengan kegagalan mempertahankan pekerjaan karena ketidakhadiran berulang kali, keterlambatan, mengabaikan kesempatan kerja atau memperpanjang periode pengangguran meski ada kesempatan kerja; dan/atau kegagalan untuk mematuhi tanggung jawab keuangan seperti gagal membiayai anak atau membayar hutang; dan/atau kurang dapat membina hubungan monogami.
  • Gagal membuat perencanaan masa depan atau impulsivitas, seperti ditunjukkan oleh perilaku berjalan-jalan tanpa pekerjaan tanpa tujuan yang jelas.
  • Tidak menghormati kebenaran, ditunjukkan dengan berulang kali berbohong, memperdaya, atau menggunakan orang lain untuk mencapai tujuan pribadi atau kesenangan.
  • Tidak menghargai keselamatan diri sendiri dan keselamatan orang lain, ditunjukkan dengan berkendara sambil mabuk atau berulang kali ngebut.
  • Kurang penyesalan atas kesalahan yang dibuat, ditunjukkan dengan ketidakpedulian akan kesulitan yang ditimbulkan pada orang lain, dan/atau membuat alasan untuk alas an tersebut.


Refrensi

DSM-IV-TR. 2000. APA.
Fukasaku, Kinji. (Producer) 2000. Battle Royale. Gaga Film Production. Tokyo, Japan,. 122 mins.
Gacono CB, Meloy JR, Bridges M. R. 2000. A Rorschach comparison of psychopaths, sexual homicide perpetrators, and nonviolent pedophiles: where angels fear to tread. Journal of Clinical Psychology, 56 (6): 75-77.
Hare, Robert D. 1993. Without Conscience: The Disturbing World of Psychopaths Among Us. New York: Pocket Books.
Lilienfeld, SO, Lynn, SJ, Lohr JM (eds). 2003. Science and Pseudoscience in Clinical Psychology. New York: Guilford Press.
Sewell, Kenneth. W & Cruise, Keith. R. 2004. Adolescent Psychopathy and Repertory Grids: Preeliminary Data and Focused Case Study. Personal Construct Theory & Practice (1).

2 komentar: