Kamis, 29 Juli 2010

Kognisi Sosial dan Pengaruhnya

Mengapa pembahasan mengenai Kognisi Sosial ditampilkan dalam tulisan ini? Teori Kognitif mungkin adalah yang paling dapat diterima untuk menerangkan perilaku sosial dibandingkan dengan teori psikoanalisis dan teori behaviorisme. Teori kognitif harus memproses segala informasi yang diterimanya dari penginderaan melalui kesadaran sebelum dijadikan respon atau reaksi. Walaupun demikian penerapan teori kognisi dalam hubungan dengan masyarakat di Indonesia harus dilakukan dengan hati-hati karena adanya perbedaan struktur kognisi pada manusia Timur dari manusia Barat. Perbedaan yang pertama adalah pada kategorisasi itu sendiri karena norma yang berbeda. Perbedaan yang kedua adalah bahwa di Timur, tidak ada batas yang tegas antara satu golongan dengan golongan yang lain, sehingga pada saat yang bersamaan dua kategori atau lebih dapat dijadikan satu. Perbedaan ketiga adalah dalam perkembangan diri “aku”. Konsekuensi dari perbedaan struktur dan isi kognisi ini adalah bahwa selalu akan terjadi kemungkinan kesalahpahaman antara dua pihak kalau masing-masing menggunakan struktur kognisinya sendiri dan mereka sama-sama tidak mengerti struktur kognisi.

Kognisi sosial atau pikiran sosial adalah proses berpikir yang dilakukan seseorang untuk memahami dirinya sendiri dan orang lain. Misalnya Anda melakukan penilaian terhadap orang yang baru saja kita temui. Termasuk dalam kognisi sosial adalah upaya kita untuk menjelaskan diri kita sendiri. Proses berpikir dalam kognisi sosial mencakup bagaimana seorang individu melakukan interpretasi (penafsiran), menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia social yang dialaminya. Begitu Anda merasakan kehadiran orang lain, pada saat itulah proses kognisi sosial dialami. Mula-mula Anda akan mengidentifikasinya; apakah ia perempuan atau laki-laki, apakah ia anak-anak, remaja, atau orang tua, apakah ia kecil atau besar, apakah ia cantik atau jelek. Begitu seterusnya. Dari penampilannya saja, Anda sudah bisa melakukan banyak interpretasi tentang orang itu.

Kita mungkin ingat, kita pernah bertemu dengan orang yang mirip dengannya. Maka mungkin Anda mengira mereka bersaudara atau setidaknya satu suku. Karena ia banyak senyum, kita menyimpulkan orang itu ramah. Lalu karena Anda mengira orang itu menyenangkan, maka kita mendekatinya untuk berkenalan. Setelah kita berbincang sedikit, kita menyimpulkan orang itu enak diajak bicara atau tidak, orang itu menarik atau tidak dan seterusnya. Pendek kata, apapun proses berpikir yang kita lakukan jika berkaitan dengan dunia sosial adalah kognisi sosial. Secara garis besar ada dua bentuk pemahaman dalam kognisi sosial, yakni memahami orang lain (persepsi sosial) dan memahami diri (persepsi diri). Pertama, persepsi sosial. Setidaknya ada dua aspek dalam persepsi sosial, yakni; memahami perasaan, mood dan emosi yang sedang dialami orang lain, dan memahami sebab-sebab perilaku orang lain, baik sifat, niat maupun motivasinya (dikenal dengan istilah atribusi). Kedua, persepsi diri. kita mengamati diri kita sendiri. Kita adalah subjek sekaligus objek. Kita menyimpulkan kita jelek atau cantik, kita pintar atau bodoh, kita sukses atau gagal adalah bagian dari persepsi diri.

Teori kognisi sosial (Social Cognitive Theory) itu sendiri pernah diutarakan oleh seorang psikolog bernama Bandura yang mengatakan bahwa Teori kognisi sosial adalah suatu teori yang mengajukan premis bahwa pengaruh lingkungan seperti tekanan sosial atau karakteristik situasi khusus, kognitif dan faktor personal, dan perilaku adalah saling mempengaruhi secara timbal balik (Bandura, 1977; 1982;1986). Teori kognisi sosial memandang manusia tidak digerakkan oleh kekuatan dalam diri manusia itu sendiri ataupun dibentuk dan dikendalikan secara otomatis oleh rangsangan eksternal, tapi pemfungsian manusia (human functioning) itu dapat dijelaskan dalam suatu model hubungan timbal balik. Hubungan tersebut disebut Bandura sebagai Triadic Reciprocality. Individu memilih lingkungan dimana dia berada agar dia dapat terpengaruh oleh lingkungan tersebut. Perilaku dalam keadaan tertentu dipengaruhi oleh lingkungan yang pada gilirannya lingkungan itu sendiri dipengaruhi oleh perilaku individu. Perilaku individu dipengaruhi oleh faktor personal, kognitif dan pada gilirannya akan mempengaruhi faktor itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar