Kamis, 29 Juli 2010

Ruang, Kesempatan, dan Perspektif (Momentum)

Percayakah kalian dengan ketidaksengajaan (kebetulan) sebuah kejadian? langkah yang kalian langkahkan adalah sebuah pilihan tanpa tujuan, keinginan adalah rangkaian keajaiban, cinta muncul akibat sebuah keajaiban, dan lain-lain. Namun, ketika penulis merasa canggung dengan elemen "kebetulan" dalam hidup ini, penulis kemudian mempertanyakan mengapa Tuhan menciptakan hal itu dan membuat manusia terjerumus dalam harapan yang "kebetulan" hadir dalam hidupnya? Ternyata pertanyaan itu terjawab ketika awang-awang ini menelisik sebuah paradigma yang bernama rangkaian hidup.

Apa yang akan anda lakukan ketika usaha anda gagal? menyesalinya? berpasrah? Mengutuknya? atau Mengikhlaskannya? Dari pertanyaan tersebut, percayakah kalian semua bahwa kita hanya egois dengan melihat kekalahan sebagai kesalahan ruang dan kesempatan. Ketika manusia menjalankan dan Tuhan yang merencanakan segala sesuatunya, apakah terlalu sederhana ketika kita berpikir tindakan kita adalah jalan individu untuk hidup? Bukankah tindakan itu merupakan tindakan kekurangajaran terhadap kehebatan Tuhan? bahwa kita berpikir bahwa Tuhan sudah memplot seseorang untuk masuk ke neraka atau surga-Nya. Sedangkan Tuhan adalah yang maha bijaksana lagi maha mengetahui.

Rangkaian hidup manusia memiliki keunikan yang melebihi batas imajinasi kita. Namun, ada satu hal yang membuat kita diharuskan mengimani adanya Qada (takdir). Karena rangkaian hidup bukanlah suatu kebetulan yang dibuat secara empirik. Kita diberikan pilihan suatu kesempatan oleh Tuhan untuk menentukan kearah mana hidup ini akan dilalui. Benar adanya bahwa plot-plot hidup ini telah direncanakan oleh Tuhan itu sendiri, namun plot itu tidak berbetuk layaknya hitam atau putih sebuah kertas. Kehidupan ini memiliki multi perspektif demana manusia dapat menentukan jalan mana yang akan dia ambil bagi hidupnya. Tuhan bukan tidak mengerti jalur hidup ini, tetapi Tuhan juga memiliki keagungan dan kekuatan sehingga manusia diberikan haknya untuk memilih. Penulis tidak memiliki kemampuan untuk mengatakan mengapa terjadi dualisme itu, namun Tuhan selalu mempunyai rahasianya sendiri yang mungkin sudah dibagikannya kepada para nabi dan rasul.

Masa lalu kita membentuk kejadian hari ini, dan perilaku kita dimasa kini adalah sebab masa depan kita. Namun, penulis rasa memutuskan bahwa hitam adalah hitam, atau putih adalah putih adalah hak Tuhan yang tidak bisa kita ambil alih di dalam kehidupan kita. Kita yang hidup dengan di dasari oleh momentum mendialektikan kehidupan sebagai bagian plot, padahal plot itu terjelmakan akibat pilihan kita terhadap hidup dimana Tuhan mendelegasikan kebesaran pengetahuan-Nya terhadap hidup kepada manusia. Memang rangkaian hidup adalah misteri, namun juga dapat menjadi elemen introspeksi kita bahwa Tuhan tidak bisa di manusiakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar