Senin, 14 Maret 2011

The Dark Side of Communication


Pernahkah anda semua sadari, bahwa tidak semua komunikasi akan berlangsung secara positif. Ungkapan-ungkapan negatif seperti; “heh.. kacung!”atau “ kamu kok.. bodoh banget!”, sering terdengar di telinga kita. Sehingga, menurut Cupach dan Spitzberg, dalam kehidupan sehari-hari muncul proses komunikasi yang merujuk sisi negatif serta merendahkan. Proses-proses seperti ini dinamakan oleh Cupach dan Spitzberg sebagai “the dark side of communication” (Cupach dan Spitzberg, 2008).

Tidak bisa kita nafikan, elemen-elemen seperti; sarkasme, manupulasi, serangan verbal, penghinaan adalah komponen keseharian yang hadir dalam dalam keseharian kita. Lalu mengapa the dark side of communication perlu dipahami dalam kajian psikologi komunikasi? Stave Duck memahaminya dengan memberikan penjelasan bahwa kejadian-kejadian dalam kehidupan manusia sehari-hari sangat tidak terwakili dalam teori dan penelitian. Selama ini, prinsip komunikasi hanya terbatas pada pengertian Communication is process  “sender” and “receiver”. Sedangkan, tidak dapat dipungkiri bahwa Komunikasi pada dasarnya adalah suatu proses dinamis yang secara sinambung mengubah pihak-pihak yang berkomunikasi. Pengirim dan penerima sama-sama bertanggung jawab terhadap dampak dan efektifitas komunikasi yang terjadi. Pengertian ini didasarkan atas dasar pemahaman beberapa teori, yaitu:

John R Wenburg dan William W. Wilmot
“Komunikasi adalah usaha untuk memperoleh makna”

Donald Byker dan Loren J. Anderson
 “ Komunikasi (manusia) adlaah proses berbagi informasi antara dua orang atau lebih”

Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson
 “Komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna"

William I Gorden
“Komunikasi secara ringkas dapat didefinisikan sebagai transaksi yang dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan”

Mengapa secara psikologis the dark side of communication bisa muncul? Dalam realita yang kita jalani, akan ada orang yang sangat-sangat etis dalam berkomunikasi, sementara disisi lain ada orang yang tidak sama sekali etis, ataupun beberapa orang berada ditengah-tengah nilai etis tersebut. Hal ini dikarenakan, manusia sebenarnya tidak akan lepas dari nilai etis di dalam kehidupannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar